Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pernah Bobol Gawang Jerman, Ramli Dan Ramlan Yatim Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Medan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Senin, 05 April 2021, 11:19 WIB
Pernah Bobol Gawang Jerman, Ramli Dan Ramlan Yatim Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Medan
Ramli dan Ramlan Yatim/Repro
rmol news logo Ada sesuatu yang berbeda saat berkunjung ke Kelurahan Kota Matsum III, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan. Di sana kita bisa menemukan Jalan Ramli dan Ramlan Yatim.  

Kedua jalan tersebut terletak dekat salah satu ikon Kota Medan, Masjid Raya Al Mashun Medan.

Siapa mereka hingga namanya diabadikan menjadi jalan di Kota Medan?

Seorang pengamat dan pemerhati PSMS, Indra Efendi Rangkuti dalam tulisannya menjelaskan mengenai sepak terjang abang-adik yang pernah membela Timnas sepak bola Indonesia itu.

Dilaporkan Kantor Berita RMOLSumut, Ramli Yatim yang lahir di Tebing Tinggi 12 Juli 1921 adalah legenda PSMS Medan dan Timnas Indonesia. Ia mulai mengenal sepak bola di lapangan perkebunan Matapao bersama adiknya Ramlan Yatim.

Bakat hebatnya kemudian mengantarkan dirinya ke Kota Medan dan memulai kariernya di klub Medan Putera, kemudian Ramli pindah ke klub PO Polisi Medan. Setelah itu ia direkrut sebagai pemain utama PSMS Medan, yang kemudian mengorbitkan namanya ke Timnas.

Pecinta sepak bola era milenium mungkin menganggap Bambang Pamungkas sebagai sosok striker jago sundul di Indonesia. Padahal, jauh sebelum Bepe, nama Ramli Yatim sudah dikenal di Asia dan bahkan Eropa.

Sundulan mautnya mengantarkan Sumut menjuarai PON III pada 1953 di Medan, setelah beberapa kali membobol gawang DKI di final.

Kiper tim Austria, GAK Graz, yang bertandang ke Medan juga dibuat kaget ketika bola setengah badan dari Jusuf Siregar, beberapa meter dari depan gawang GAK Graz, disambar Ramli dengan sundulan sambil terbang. Dan bola pun bersarang di jala GAK Graz.

Begitu pun ketika klub asal Swiss, Grasshoppers, bertandang ke Medan. Bukan hanya harus menelan pil pahit kalah 2-4 dari PSMS, tetapi penjaga gawang Grasshoppers dibuat geleng-gelang kepala oleh aksi menawan Ramli. Bola crossing Sjamsudin disundul sambil memutar badan olehnya.

Gawang Timnas Jerman Timur juga pernah dibuat bergetar oleh sundulan maut Ramli dalam sebuah laga laga persahabatan, ketika PSSI tur ke Eropa.

Meski akhirnya PSSI harus mengakui keunggulan tim Panser, PSSI kalah 1-3 dari Jertim. Gol tersebut mencatatkan namanya sebagai pemain Indonesia terakhir yang membobol jala Jerman.

Salah satu kelebihannya yang sulit ditiru adalah kemampuannya menyundul bola dengan bagian belakang kepala dan mampu menjadi gol. Kemampuannya ini sempat membuat pelatih Timnas, Tony Pogacknick, geleng geleng kepala karena hal itu beresiko membuat "gila", tapi Ramli Yatim mampu menunjukkan kualitasnya.

Tak muda untuk mencari penerusnya di Medan. Kemampuan Ramli menyundul bola bisa diteruskan oleh bintang PSMS dan Timnas berdarah India, Tumsila, hingga dijuluki "Si Kepala Emas" dan secara kebetulan Ramli Yatim sempat melatih Tumsila di PSMS.

Demikian juga dengan striker PSMS era akhir 50-an dan awal 60-an Azis Tanjung yang punya sundulan maut dan pernah main bareng dengan Ramli Yatim di PSMS pada pengujung karier sang legenda di PSMS.

Sebagai pemain Ramli Yatim sukses membawa PSMS meraih kemenangan melawan tim tim besar Eropa dan Asia hingga dijuluki "The Killer" dan sukses membawa Tim PON Sumut meraih Emas PON 1953 dan 1957.

Bersama Timnas, Ramli Yatim membawa Indonesia lolos ke Olimpiade Melbourne 1956, membawa Indonesia lolos ke Semifinal Asian Games 1954, dan membawa Indonesia meraih perunggu di Asian Games 1958.

Saat pensiun sebagai pemain Ramli, Yatim melanjutkan kariernya di PSMS sebagai pelatih dan wasit. Sebagai pelatih, Ramli membawa PSMS Jr juara Suratin Cup 1967.

Dari ajang ini, Ramli Yatim sukses melahirkan beberapa pemain yang kelak jadi legenda PSMS dan Timnas. Seperti Ronny Pasla, Sarman Panggabean, Tumsila, Wibisono, dan Nobon.

Kemudian bersama Yusuf Siregar keduanya sukses membawa PSMS untuk pertama kalinya meraih juara Kejurnas PSSI 1967 dan membawa PSMS juara Aga Khan Gold Cup 1967. Pada 1969 Ramli Yatim membawa PSMS memenangkan Kejurnas PSSI 1969 dan membawa tim PON Sumut meraih medali emas PON 1969.

Keberhasilan ini membuat Ramli Yatim mencatat sejarah sebagai pesepakbola pertama yang meraih medali emas di PON sebagai pemain dan pelatih.  

Tangan dingin Ramli Yatim pula yang kemudian sukses membawa PSMS yang dikapteni Soetjipto Soentoro sukses lolos hingga semifinal AFC Champions Cup 1970 di Teheran.

Ramli Yatim wafat pada 10 November 1997. Kini namanya bersama adiknya Ramlan Yatim dijadikan nama jalan di Kota Medan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA